Part 1. . .
Di desa kecil nan indah tempat kediaman Bangsa Mawhi yang bernama desa Puri . . .
Sabtu pagi, terlihat begitu cerah pada hari libur ini. Salju-salju kecil bertebaran. Anak-anak kecil berlarian dengan baju mereka yang terbuat dari bulu domba. Tawanya yang begitu manis dan langkah kaki yang tak terhenti menggambarkan kebahagiaan yang tiada tara. Atap-atap rumah tertupi oleh salju. Bunga-bunga terlihat begitu indah. Burung-burung merpati bertebangan. Sinar matahari yang begitu cerah menyinari taman.
Seorang wanita cantik duduk di kursi putih, di sudut taman itu. Bulu matanya yang lentik dan bola matanya yang berwarna biru membuat kedipan matanya seakan memaksa waktu untuk berhenti. Bibirnya yang tipis serta tulang pipinya yang tinggi membuat seluruh pandangan terarah padanya. Dengan gaun lilitnya yang putih dan rambutnya yang terurai hingga pinggulnya menjadikannya layaknya Putri salju. Tangan kanannya sedang memegang sebuah buku. Dan tangan kirinya menyisir rambutnya yang begitu indah.
Wanita itu bernama, Kanza . . .
Dari kejauhan, seorang pria bermata coklat dengan jaket tebal menatapnya dengan penuh kekaguman, Henry namanya. Tatapannya yang tajam dengan senyumnya yang tulus menandakan kesukaannya dengan wanita itu. Tiba-tiba mereka berpegangan tangan dan saling bertatapan dengan jarak yang sangat dekat, di hiasi dengan salju-salju kecil yang indah. Dekat dan semakin dekat, batang hidung mereka pun saling bersentuhan. Bibir mereka pun semakin dekat, dan....
BarRrr.....
Henry baru saja di lempar bola salju oleh seorang gadis kecil yang begitu manis sambil tertawa kecil, dan Henry pun tersadar dari lamunannya. Wajahnya berkerut dan begitu merah, dia pun berbalik dan langsung mengejar gadis kecil itu sambil tertawa malu.
HapPp....
Hery pun mendapatkannya. "Kanza, Kanza, tolong aku, pacar mu menangkap ku, Kanza, tolong" Gadis kecil itu tertawa dan berteriak kencang. "Sssstttt.... Jangan berteriak seperti itu, dia bisa mendengarnya!" Henry langsung melepaskan tangannya dari badan gadis kecil itu. Gadis kecil itu tertawa sambil menutup bibirnya yang tipis itu dengan kedua tangannya. "Hei, apa yang kau tertawakan?" Henry bertanya dengan dahinya yang mengerut. Henry pun segera melihat kearah belakangnya. Ternyata, sosok seorang wanita cantik yang tingginya sekitar seratus delapan puluh yang dia idam-idam kan itu sudah berdiri dibelakangnya sambil tersenyum kecil. Aliran darahnya seakan berhenti mengalir, detak jantungnya seakan berhenti berdetak, bibirnya terkunci erat dan tak bisa berkata apa-apa.
"Apakah ini mimpi?" Tanyanya dalam hati....
"Hai, perkenalkan, nama ku Kanza" suara halusnya keluar sambil mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri.
"Ha..ha..ii...." Henry mencoba menyapanya balik sambil terpatah-patah dan segera meraih tangan Kanza dengan mukanya yang memerah menutupi wajah coklat mudanya. "Nama ku Henry, senang berkenalan dengan mu" sambungnya bersemangat. "Bukan senang, tapi sangat senang bisa berkenalan dengan mu tuan putri" bisiknya dalam hati.
"Maafkan kenakalan adik ku. Dia memang suka jahil sama orang lain." Kanza menundukan kepalanya.
"Dia adik mu?" Tanyanya Henry tercengung.
"Ya, kami saudara kandung, namanya Saliza, di berumur tiga berlas tahun, ada selisih 6 tahun antara aku dengan adik ku." suaranya lembut.
"Pantas saja dia juga memiliki wajah yang manis mirip sepertimu." sambil tertawa kecil.
"Kanza, kaka ini yang pernah aku ceritakan padamu." sambil berjalan mendekati Kanza.
Detakan jantung seakan berhenti. Sambil bertanya dalam hati "memangnya dia pernah cerita apa?"
"Sepertinya aku harus segera pulang, sekali lagi maafkan adikku ya, senang berkenalan denga mu, sampai nanti." wajah Kanza memerah dan langsung berbalik dengan senyum lebarnya sambil meraih tangan Saliza dan berjalan perlahan. Saliza menatap mata Kanza sambil tersenyum. Baru kali ini dia melihat Kanza sesenang ini. Halus telapak tangannya hampir tidak dapat di bedakan dengan telapak tangan Saliza.
"Senang juga berkenalan denganmu Kanza!!!!" Teriak Henry....
Menghela nafas panjang, Henry masih tidak percaya dia dapat berbicara secara dekat dengan Kanza. Hembusan nafas yang bergumpal dengan embun-embun salju membuat nafasnya dapat terlihat. Tetesan keringat yang mengucur dari dahinya sehabis lari santai mengelilingi desa tidak membuatnya terlihat lelah.
Di waktu yang bersamaan, Kanza dan Henry melamun diatas tempat tidur mereka masing-masing. Seolah-olah ada gelombang ikatan yang sangat besar di antara mereka berdua.
Dengan kamarnya yang berwarna hijau muda dan tempat tidurnya yang dipenuhi dengan boneka-boneka beruang yang beraneka ragam membuat Kanza menjadikan kamarnya tempat favorit di rumahnya. Bukan hanya boneka-boneka beruang saja yang menghiasi kamarnya, di setiap sudut kamarnya di hiasi dengan gantungan-gantungan bunga yang cantik. Di atas tempat tidurnya, Kanza melamunkan masa kecilnya. Saat berumur sebelas tahun, Kanza sering melihat seorang anak laki-laki seumurnya yang dia sukai. Namun Kanza bukanlah seorang anak perempuan yang mudah bergaul dengan yang lainnya. Selama dua tahun dia memendam perasaannya itu. Namun setelah dia berumur tiga belas tahun, sosok anak laki-laki itupun menghilang....
Begitu juga dengan Henry. Hanya saja kamar Henry tidak seindah kamar Kanza. Kamarnya yang sangat sederhana, tanpa hiasan apa pun. Tapi henry tetap merasa nyaman dengan keadaan itu. Henry pun melakukan hal yang sama dengan apa yang di lakukan Kanza. Dia melamunkan sosok seorang anak perempuan yang dia sukai. Sering kali dia melihat anak wanita itu duduk di kursi putih, di sudut taman itu. Namun setelah ulang tahunnya yang keempat belas, ayah dan ibunya merantau ke desa Loop, desa para bangsa Arc berada. mereka merantau karna ada suatu kesepakatan antara ayahnya engan kepala desa yang baru yang mengharuskan mereka pindah untuk sementara waktu. Dan hari ini adalah hari kedua mereka berada di Desa ini kembali.
"Mungkinkah dia. . . . ?" dalam ruang waktu dan gelombang yang sama mereka mengucapkan kalimat yang sama secara bersamaan.
Tepat pukul 16.00 Kanza mengajak Saliza untuk Jalan-jalan ke taman. Seperti biasa, Kanza memilih diduk di sudut taman seperti biasa. Tanpa basa-basi Kanza bertanya kepada Saliza, "Hei Saliza, apa bener dia pria yang memandangi aku dari pohon cemara itu seperti yang kemarin kau ceritakan pada ku?". "Tentu saja! Aku tidak mungkin salah, aku melihatnya dengan jelas." jawab Saliza dengan tegas. "Memangnya kenapa, kau suka padanya?" sambung Saliza sambil tertawa kecil. "Ti... Tidak! Tentu saja tidak" jawab Kanza cemas. "Cara bicara mu saja sudah jelas menandakan kalau kamu menyukainya." balas Saliza mendesak Kanza. "Sudahlah lupakan, itu tidaklah penting" Kanza langsung memutus pembicaraan.
Matahari mulai terbenam, terlihat jelas dari sudut taman. Pemandangan yang begitu indah mewarnai perasaan Kanza yang saat ini sedang kasmaran. Matanya yang biru seolah bersinar. Segala kesenangan sedang melanda perasaannya. Selama 6 Tahun ini akhirnya seseorang yang dia tunggu-tunggu telah datang. Akhirnya, penantiannya selama ini telah terwujud.
Tanpa dia sadari matahari telah terbenam. Cahaya lampu yang terang pun masih belum bisa menyadarkannya dari perasaan senangnya saat ini, cahaya kebahagiaannya melebihi apapun. Bahkan dia belum menyadari kalau Saliza sudah tidak disampingnya lagi. Setelah tersadar, dia baru mengetahui bahwa yang sekarang duduk di sampingnya bukanlah Saliza, akan tetapi sosok pria yang di sukainya, Henry. . .
Dengan rambutnya yang berdiri keatas, Henry nampak sangat tampan. Kulitnya yang coklat muda terlihat bersinar. Sekian lama mereka hanya bisa terdiam. Kanza pun masih belum sadar bahwa adiknya Kanza sudah tidak bersamanya.
"Hai, sedang apa kau disini?" Henry mencoba membuka percakapan.
"Aku hanya sedang berjalan-jalan saja, Kamu sendiri sedang apa disini?" Jawab Kanza sambil tersenyum kecil
"Aku juga sedang jalan-jalan, kemudian aku melihatmu duduk disini sendirian, jadi aku pikir tidak ada salahnya kalau aku menghampirimu." jawabnya sambil tersenyum.
Detak jantung mereka begitu cepat, seakan terdengar hingga pelosok desa. Seperti berada di luar angkasa, mereka bahkan nyaris tak bisa bernafas. Perasaan senang bercampur gugup tercampur aduk dalam satu gelombang. Tidak lama setelah itu, Kanza menyadari bahwa dia tidak ke taman sendirian, akan tetapi bersama Saliza.
"Saliza! Apa tadi kau melihat Saliza saat menghampiriku?" Tanya Kanza cemas.
"Aku melihatnya waktu aku lewat di depan rumah mu, dia sedang bersama teman-temannya bermain di depan rumahmu, memangnya ada apa?." Henry merasa heran.
"Tidak apa, tadi aku pergi bersamanya, tapi mungkin karna aku banyak melamun sehingga aku tidak sadar dia sudah tidak ada disini." jawab kanza yang sudah merasa sedikit tenang. "Aku harus pulang dulu, sampai bertemu di lain waktu." sambing Kaliza sambil bergegas pulang.
"Ya baiklah, senang bertemu denganmu" jawab henry sambil melambaikan tangannya yang memakai gelang dari kayu pohon. Dan kaliza berhenti sejenak dan menganggukan kepalanya.
Lagi-lagi pertemuan mereka begitu singkat dan cepat. Namun walaupun begitu, mereka berdua merasa sangat senang, bahkan lebih senang dari sebelumnya. Perasaan yang semakin lama semakin mendalam. Tidak dapat di pungkiri, mereka adalah pasangan yang serasi, seorang Pria tampan dan gagah dengan seorang wanita yang cantik dan pintar, hanya saja mereka sama-sama pemalu, entah sampai kapankah mereka bisa mengungkapkannya. Hanya sesuatu yang besar sajalah yang dapat memaksa mereka mengungkapkannya.
Hari Minggu. . . .
Hari begitu cerah, burung-burung berkicauan, bunga-bunga bermekaran. Hari yang sangat baik, terutama untuk seseorang yang sedang kasmaran. Pagi-pagi sekali, Kanza sudah menyiapkan makanan pagi di meja makan. Dengan baju birunya yang cerah sesuai dengan warna matanya yang biru muda, menyusun rapi semua hidangan dengan sedikit memainkan sihirnya.
Kedua orang tuanya menghampiri ke meja makan. "Wah hari ini kamu kelihatan ceria sekali Kanza, tidak seperti biasanya kamu yang menyiapkan makanan." dengan wajahnya yang masih terlihat muda dan cantik, ibunya tersenyum melihat keceriaan Kanza. "Itu berarti baguskan, sudah lama kita tidak pernah lagi melihat dia tersenyum seperti ini" Tambah ayah kanza yang sambil merangkung Kanza.
"Dia sedang jatuh cinta! Kanza sedang jatuh cinta pada anak yang baru saja pindah kesini dua hari yang lalu!" suara nyaring dari arah belakang ibu Kanza.
Ternyata itu suara Saliza yang dari tadi menguping di tangga. Rambutnya masih berantakan. Kanza pun terkejut dan tersipu malu. "Tidak, itu tidak benar!" muka Kanza memerah". "Sudahlah anak ku, tidak perlu di sembunyikan seperti itu, itu adalah suatu kewajaran untuk seorang yang berumur seperti mu sedang di landa cinta" bela ayahnya. Akan tetapi wajahnya masih saja memerah karena malu. Dan kemudian mereka makan bersama.
Seperti biasa, Saliza selalu menghabiskan makanan terlebih dahulu di bandingkan dengan yang lainnya. Dengan baju tidurnya yang berwarna merah jambu, Saliza terlihat sangat manis walaupun dengan rambut yang sedikit berantakan. Memang pepatah itu tidak salah, buah yang terjatuh dari pohonnya, biasanya tidak akan jauh dari pohon itu sendiri. Paras Kanza dan Saliza yang begitu manis dan cantik itu tidak lain dan tidak bukan adalah dari keturunan ibunya sendiri.
Konon katanya, ibu Kaliza adalah keturunan dari pemimpin terdahulu dan kepemimpinan desa akan beralih pada keturunannya. Namun, karna ibu kaliza adalah anak satu-satunya dari pemimpin desa dan yang boleh memimpin adalah laki-laki, maka kepemimpinan pun berubah kedudukan kepada keluarga yang lain. Wajah yang cantik itupun terwarisi dari nenek Kanza, nyonya Eliza. Nyonya Eliza adalah wanita tercantik saat itu. Walaupun dulu saat dia sudah mulai menua, wajahnya masih terlihat cantik. Beliu juga sangat penyayang, tak ada satu orangpun yang menangis karna beliau, kecuali saat kewafatannya. Keahlian sihir dan kecerdasan Kanza pun di warisi oleh kakeknya sendiri, tuan Fatahilah. Beliau adalah orang tercerdas di desa itu. kemampuan sihirnya pun adalah yang terbaik dari seluruh pelosok desa. Tidak hanya itu, beliau juga terkenal bijaksana. Keputusan yang beliau ambil, selalu yang terbaik untuk seluruh warga desa. Semua warga desapun begitu merasa kehilangan saat beliau wafat.
Namun, beliau telah meyakinkan penduduk desa, bahwa pengganti beliau adalah orang yang tidak jauh berbeda dengan beliau, orang itu adalah tuan Bizma. Beliau lah pemimpin desa saat ini. Seperti yang dikatakan tuan Fatahilah sebelum wafat, tuan Bizma adalah orang yang sangat cerdas dan bijaksana. Beliau juga ahli dalam sihir. Keturunan beliaupun memiliki bakat yang sangat baik dalah ilmu sihir. Zeins dan Elinz adalah anak Laki-laki dan perempuan beliau, masing-masing mendapatkan penghargaan murid terbaik laki-laki dan perempuan angkatannya di sekolah sihir mereka.
Selesai Makan bersama, Kanza mengajak Saliza keluar untuk jalan-jalan. Seperti biasa, mereka berjalan-jalan ketaman. Hanya saja, Kanza tidak lagi duduk di sudut taman seperti biasa, melaikan membuat boneka salju sambil menggunakan sihirnya. Dia pun tidak mengenakan gaun lilit putih yang biasanya dia kenakan. Hari ini dia hanya menggunakan Jaket putih berbulunya. Dengan sarung tangan kesayangannya berwarna biru dan bercorak bunga melati.
Disisi lain, Henry berlari santai mengelilingi desa seperti kemarin. Saat di melewati taman, dia melihat Kanza sedang bermain salju bersama Saliza. Dia pun menghampiri Kanza.
"Hai...." Sapa Henry dengan tangannya yang dimasukan ke saku jaketnya. "Hai Henry, sedang apa kau disini?" Tanya Kanza tersenyum. "Aku baru saja selesai lari santai, dan aku lihat kamu sedang bermain salju dengan Saliza, jadi aku mampir kesini, Apa kalian sudah lama di...." "Aku mau bermain disana dulu Kanza, dadah" Potong Saliza sambil mengedipkan matanya. "Ya, tapi jangan tinggalkan aku seperti kemarin lagi, awas ya" jawab Kanza sambil tersenyum.
"Oh ya, apa kamu bisa membuat boneka salju?" tanya Kanza kepada Henry. "Ya, tentu saja, tapi aku takut...." jawab henry sambil mengerutkan dahinya." "Takut? Apa yang kau takutkan?" tanya Kanza penasaran. "Aku takut kau akan minder melihat boneka salju yang jauh lebih baik dari boneka saljumu, ahahahahahah...." tawa Henry dengan puas telah mengerjai Kanza. "Hei, kau membuat ku cemas, tapi jangan salah, aku bisa membuat boneka salju yang bagus dengan cepat, apa kau mau bertanding dengan ku?" tantang Kanza sambil meninju pelan bahu Henry. "Tentu saja, tapi jangan nangis kalau nanti boneka salju ku jauh lebih bagus dan lebih cepat selesai ya." ejek Henry. "Baiklah, ayo kita mulai!" jawab Kanza.
Mereka membuat boneka salju dengan seriusnya. Sarung tangan Kanza yang mulai basah membuatnya merasa dingin. Sedikit lelah, mereka menarik nafas panjang, dan menghembuskannya, udara dingin membuat nafas mereka dapat terlihat karna bergumpal dengan salju. Dapat terlihat, Kanza sedikit lebih cepat membuat boneka saljunya. Kanza sudah hampir menyelesaikan bagian badannya, sedangkan Henry masih setengahnya. Sambil bersiul Kanza mengejek Henry, namun Henry hanya tersenyum dan tetap fokus membuat boneka saljunya. Saat Kanza sudah hampir menyelesaikannya, terdengar suara Henry yang sedang batuk.
"EeHehem...Hem...." terdengar Henry sedang menahan suara batuk. Akan tetapi Kanza hanya tersenyum kecil tanpa menoleh sedikitpun.
"EEeeEEhhHHeemm...." suara batuk Henry semakin mengencang. Kanza pun menoleh, "Sele...." Bibir Kanza tiba-tiba terkunci, matanya hanya bisa memandangi boneka salju Henry yang telah selesai beserta hiasannya, Henry memberikan kedua tangan untuk boneka saljunya dengan ranting pohon, begitu juga dengan mulut dan hidungnya. Sedangkan Matanya dia memberikan daun yang sudah dipotongnya membundar dengan rapi.
"Kau curang, pasti kau menggunakan sihir ya?" protes Kanza pada Henry.
"Mana mungkin, kalau aku menggunakan sihir, aku pasti sudah selesai dalam sekejap mata, dan pasti hasilnya jauh lebih indah dari pada ini." jawab henry sambil menyulurkan lidahnya.
"Bagimana kalau kita tanding ulang, hanya saja kita boleh menggunakan sihir, apa kau berani?" Kanza menantang Henry dengan kedua tangannya di pinggang.
"Boleh-boleh saja, tapi jangan menangis darah kalau ternyata sihir ku jauh lebih hebat dari sihir mu ya..." ejek Henry.
"Jangan salah, aku murid terbaik di angkatan ku, kau yang harusnya jangan menangis." Balas Kanza.
"Ok, kita mulai dalam hitungan ketiga" Jawab Henry.
"Satu, dua, tiga" Mereka menghitung secara bersamaan.
Dalam waktu yang sekejap, Kanza sudah menyelesaikan bagian badannya. Tidak lama kemudian dia menyelesaikan seluruh bagiannya. Seperti buatan Henry sebelumnya, boneka saljunya diberikan kedua belah tangan dari ranting pohon besera mulut dan hidungnya yang menggunakan ranting pohon juga. Matanya dibuat dari daun beserta alisnya. Dan dia juga menambahkan topi natal. Namun semua kebanggaannya tiba-tiba hilang setelah melihat boneka salju yang telah dibuat oleh Henry. Tidak ada satu pun kalimat yang bisa dikeluarkan dari bibir tipisnya. Kelopak matanya seakan tidak bisa tertutup, bahkan untuk mrngedipkan mata sekalipun. Boneka salju buatan Hery yang begitu sempurna membuat boneka salju buatan Kanza terlihat seolah-olah tidak berharga.
Henry membuat boneka saljunya menjadi hidup. Kakinya terbuat dari salju dan menggunakan sepatu kristal. Tangannya terbuat dari salju yang tergumpal-gumpal dan menggunakan sarung tangan kain Henry sendiri. Dan kepala boneka saljunya diberi topi ulang tahun dengan bintang-bintang kecil berwana kuning yang mengelilingi topinya dengan cahaya-cahaya bertaburan mengelilingi seluruh jengkal dari boneka salju tersebut.
"Waw, kau hebat sekali, tidak pernah aku bertemu dengan seseorang yang bisa membuat benda mati menjadi hidup, selain Kakek, ibu, kepala desa, dan salah satu guru ku dulu waktu kecil. Tapi dia pindah saat aku berumur tiga belas tahun guru ku itu pindah tempat tinggal." dengan kagum dan sedikit malu Kanza mengucapkannya.
"Terimakasih, sebenarnya ini belum seberapa" jawab Henry tersenyum.
"Wah, benarkah? kalau boleh tau, dari mana kau belajar?" Tanya Kanza heran.
"Dari ayah ku, dia dulu adalah guru, namanya adalah Leoport" jawab Henry bangga.
"Apa, ternyata guru ku yang pindah itu adalah ayah mu? Waw, sungguh mengagumkan." Kanza terkejut mendengar pernyataan Henry.
"Ahahahaha, biasa saja, kata ayah ku, pemimpin desa yang dulu jauh lebih hebat di bandingkan dia sendiri" Jawab Henry tertawa.
"Benarkah, memang kakek orang terhebat yang pernah aku kenal" jawab kanza tersenyum.
Mendengar pernyataan itu, Henry tercengang tidak berdaya. Jadi selama ini orang yang dia sukai adalah cucu dari pemimpin desanya yang terdahulu. Senang bercampur gugup, Henry mendengar pernyataan Kanza itu.
"Be-benarkah dia kakekmu?" Tanya Henry terpatah-patah.
"Ya, tentu saja. Dia adalah orang yang hebat, aku bangga menjadi cucunya. oh ya, ngomong-ngomong, apakah benar engkau anak yang dulu sering berdiri dibawah pohon itu?" Jawab Kanza sambil menunjuk pohon cemara yang ada di sebelah selatan taman.
"Ya benar, dari mana kau mengetahuinya?" Jawab Henry heran sambil tersenyum malu.
"Bukan apa-apa, lupakan, aku akui kau memang hebat dan aku akui kekalahan ku, lain kali aku akan membalasnya, aku pulang dulu, dadah...." Wajah Kanza tiba-tiba memerah dan dia pergi menjemput Saliza.
Henry bertanya-tanya dalam hati, apakah selama ini benar dia orangnya. Dan apakah saat itu dia juga memperhatikanku. Henry menjadi semakin penasaran dan senang. Yang bisa dia lakukan sekarang hanya melihat setiap langkah Kanza bersama Saliza pulang kerumah mereka.
Dari balik jendela terlihat bayangan dua orang yang sedang berbincang, Zains dan ayahnya. "Ayah, tadi aku melihat seorang pria yang bisa menggunakan sihir, tapi sepertinya dia bukan seorang dari Bangsa kita, kulitnya kecoklat-coklatan." tanyanya Zais pada ayahnya.
"Ya dia adalah anak dari keluarga yang ayah dan ibunya berbeda bangsa. Ayahnya sebangsa dengan kita, tapi ibunya berasal dari bangsa Arc. memangnya ada apa anakku?" Jawab ayahnya.
"Tidak apa ayah, hanya saja kemampuan sihirnya bisa dibilang setara dengan ku, dia bisa membuat benda mati menjadi hidup." Sambung Zains pada ayahnya.
"Benarkah, itu berarti mereka sudah menepati janji mereka." jawab ayahnya tersenyum.
"Janji apakah itu wahai ayahhanda?" tanya Zains dengan raut wajah penuh tanya.
"Ayahnya adalah adik dari ayah, sebenarnya kita berkeluarga. Paman mu itu jatuh cinta pada seorang wanita dari bangsa Arc, yang katanya mereka bertemu saat di perbatasan hutan antara desa ini dengan desa Loop. Saat itu paman mu hampir saja di serang seekor binatang buas dari belakangnya, kemudian bibimulah yang menyelamatkan nyawanya. Dan saat itu, seluruh anggota keluarga, terkecuali ayah tidak bisa menerima dengan keadaan itu. Ayah dan pamanmu berusaha meyakinkan agar mereka bisa direstui, dan hasilnya pun mereka bisa menikah. Setelah anak itu berumur tiga belas tahun, dia masih belum bisa menggunakan sihirnya. kemudian saat ayah menjadi kepala desa, ayah memberikan satu syarat kepadanya, syarat itu anatara lain, mereka tidak boleh menginjakan kaki di tanah bangsa Mewhi, di desa Puri ini. Bukan karna ayah malu, akan tetapi itu demi kebaikan mereka sendiri. Begitulah ceritanya." Ayah Zains menceritakannya panjang lebar.
"Kalau begitu aku harus berlatih lebih keras lagi agar aku bisa lebih hebat dari saudara aku itu ayah, jadi aku mohon permisi, terimakasih atas penjelasannya ayahhanda." Dengan penuh semangat Zains pun minta pamit kepada ayahnya.
Saat itu juga dia segera menceritakan kepada saudarinya Elinz. Dan saat sore tiba Zains mengajak Elinz untuk berlatih. Dengan penuh semangat mereka berlatih berdua. Hingga Matahari hampir terbenam akhirnya merekapun menyudahi latihan mereka.
Malam itu hari begitu gelap, dan seakan-akan matahari terbenam untuk selama-lamanya, , , ,
BESERTA DATANGNYA PRAJURIT KEGELAPAN. . .
(Berlanjut di 7 Special-burn [bagian tiga])
"Rencananya akan diterbitkan setiap hari minggu perbabnya :)"
Ikuti terus ya kaka, terimakasih ^_^
Pages
Followers
Pengunjung Ray
Likenya ya... ^^
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Me

- Ray Melvin Blog
- Hai All,,,, Seperti biasa, kata-kata yang sering digunakan oleh banyak orang sebelum perkenalan, "Tak Kenal maka tak sayang!" :D Setidaknya ya Klalian tau nama saya. Perkenalkan, Nama saya Ray Melvin. Mohon Bantuan, dukungan, partisipasi, dan lain-lainnya ya.... ^^
1 komentar:
Jammin' Jars Casino & Hotel - Kansas Speedway
Jammin' 청주 출장샵 Jars Casino 제주 출장안마 & Hotel is 안양 출장안마 the premier KC racing and 포항 출장샵 entertainment destination offering exciting action and entertainment 보령 출장안마 along with Aug 2, 2018
Posting Komentar